Menjaga Lisan (Perkataan) Dan Menahan Amarah
Terkadang kita secara tidak sadar mengeluarkan kata-kata yang
menyinggung orang lain, yang kita sendiri tidak pernah menyadarinya menimbulkan dendam dan sakit hati kepada orang lain, yang terkadang kita hanya
berniat bercanda atau bergurau saja, tetapi menimbulkan dampak yang negatif.
Islam selalu menganjurkan kita untuk menjaga tutur kata kita,
mengontrol tutur kata kita, agar kita termasuk golongan orang-orang yang
selamat. Ada banyak perumpaan yang sering kita dengar untuk lisan (perkataan),
diantaranya ;
1. Mulutmu adalah harimaumu
2. Lidah lebih tajam daripada pedang
3. Lidah tak bertulang, dan masih banyak lagi...
Kenapa menjaga lisan atau tutur kata menjadi sangat penting,
terkadang karena lisan kita semua saling bertengkar, karena lisan bisa
menimbulkan fitnah, karena lisan bisa menimbulkan dendam, dan masih banyak lagi
dampaknya. Itu sebabnya mengapa kita harus selalu menjaga lisan kita.
Ada sebuah kisah tentang seseorang anak muda yang suka
marah, hampir tiap hari dia marah dan setiap dia marah dia mengeluarkan
kata-kata kasar dan menyakitkan. Sang ayah kemudian mencari cara untuk
menyadarkan anaknya yang suka marah tersebut.
Suatu hari sang ayah menyiapkan sebungkus paku untuk
anaknya. Kemudian ditemuinya anak tersebut sambil menyerahkan bungkusan paku
tersebut,......
Anak : Apa ini ayah…..?? kenapa ayah memberiku paku..? (Tanya
sang anak sambil heran)
Ayah : Ini paku anakku.
Anak : Kenapa ayah memberiku paku, untuk apa?
Ayah : Anakku…jika kamu sedang marah atau emosi, maka
pakukan paku ini ke pagar halaman belakang. (Perintah sang ayah sambil memberi
arahan kepada sang anaknya)
Tanpa banyak bertanya lagi sang anak menjalankan
perintah ayahnya.
Keesokan harinya,
tiba saatnya sang anak marah, kemudian di pakukan paku tersebut ke
halaman belakang, bahkan setiap dia marah dia pakukan lagi paku-paku tersebut
ke pagar halaman belakang.
Akhirnya tibalah waktu dimana sang anak merasa dirinya benar-benar
bisa mengendalikan amarahnya dan tidak mudah kehlilangan kesabarannya. Kemudian
dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Tetapi ayahnya malah menyuruhnya
unutuk mencabut paku-paku yang sudah ia tancapkan ke pagar halaman belakang
rumah tersebut, setelah beberapa hari ia berhasil mencabut paku-paku tersebut
hingga habis. Kemudian sang ayah berkata kepada anak tersebut :
Ayah : hmmmmm….selamat anakku engkau sudah berhasil dengan
baik.
Anak : terima kasih ayah…(jawab sang anak dengan merasa bangga)
Ayah : tetapi….coba lihatlah lubang-lubang kecil bekas paku
tersebut, walau sudah kamu cabut pakunya tetapi lubang tersebut tidaklah
hilang.
Anak : ia benar ayah…
Ayah : anakkku…ini adalah pelajaran buat kita, buat kamu dan
buat ayah, setiap kamu marah atau mengeluarkan kata-kata yang tidak baik ketika
marah, atau setiap kita bertutur kata maka hendaklah berhati, setiap kamu mengatakan
sesuatu dalam kemarahanmu kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini
dihati orang lain….
Ayah : kamu bisa menusukkan pisau atau pedang kepada
seseorang, lalu mencabutnya. Tetapi tidak perduli kamu sudah minta maaf atau
belum minta maaf luka tersebut tetap ada dan luka karena kata-kata itu
mempunyai dampak yang lebih buruk daripada luka fisik…
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad S.A.W Bersabda :
"Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berkata yang baik atau (jika tidak bisa) lebih baik diam" (HR. Bukhori)
"Orang yang disebut muslim adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya dari menyakiti muslim yang lain"
(HR. Bukhori)
Semoga kisah ini bermanfa’at.
0 komentar